Celiscate Stage 16 [Remake] - Prolog

Sabtu, 23 Mei 2015

Celiscate Stage 16 [Remake] - Prolog


#Remake#
Prolog
Aldenea, hari ke-14 bulan 3 tahun 2036
“Sudah benar nyata dugaanku, setelah terhenyak berfikir tentang kehidupan abadi yang semu ini. Mereka yang memaksaku tak pernah berfikir jernih. Sudah hilang akal sehat mereka, serta logika mereka yang seharusnya mempunyai sandaran. ‘Bahwa manusia dapat mengatur nyawa mereka sendiri.’ itu adalah sebuah kefasikan yang merasuki pikiran mereka. Mereka sudah tidak ingin dievaluasi. ‘kau hanya akan menyalahkan orang lain’ kata mereka menuduh kami. ‘kau hanya ingin menyelesaikan penelitian ini sendiri bukan?’ bantah mereka lagi. ‘kau hanya seseorang yang ego yang ingin mendapatkan hasilnya sendiri. Huh dasar orang tak berguna.’ lalu mereka berpaling dariku. Sungguh kecaman mereka lebih kejam dengan keadaan sekarang yang disebabkan oleh eksperimen mereka.
2 tahun sudah penelitian ini kami jalani. Aku dan istriku-lah yang hanya menyadari akan ‘kerusakan’ yang akan disebabkan oleh eksperimen ini. ‘merekalah yang menyalahi qodrat Sang Kuasa, maka anda tak perlu lagi bersama mereka, cukuplah anda kembali bersama saya tanpa melirik mereka kembali,” istriku berkata. Aku benar-benar paham betul perkataannya, tetapi aku masih diam. ‘ayolah, anda sudah memperingati mereka!’
Aku masih terdiam, tak kuasa aku untuk melontarkan satupun perkataan kepada belahan hatiku ini. Tubuhku serasa tergoncang hebat disebabkan oleh dua pilihan yang ada di benakku. Perlahan air mata ini berlinang memenuhi pelupuk ini. Tapi aku masih menahannya untuk tidak mengalir.
‘Satomi!’ tak kuasa sudah, kekasihku berteriak kepadaku yang berpaling darinya, di dalam ruangan ini. Namun, ketika aku berbalik dan melihat sosok anak kecil yang tak lama memasuki ruangan ini. Aku langsung bersungkur ke tanah, sambil seraya berkata kepada keduanya ‘… gomennasai de’ dan menangis.”

***

Aldenea, hari ke-2 bulan 8 tahun 2046
Seperti biasanya, aku duduk di bangku yang berseberangan dengan Maruka Station’s gate. Dibawah pohon yang bunganya selalu mekar, indahnya memantulkan cahaya matahari yang tidak menyilaukan mata. Ia telah melindungi ribuan manusia dari tipisnya oksigen yang ada di kota kami, Marukawa. 122 tahun tepatnya, sejak seseorang menanamnya dengan sebuah ramalan kehancuran manusia tanpanya. Namun manusia tak pernah percaya akan ramalan itu, dan selalu mengadakan pesta dibawah keindahan pohon tersebut. Hingga suatu hari datanglah sebuah bencana yang menghancurkan segalanya.  Ratusan ribu manusia menghilang dan mati oleh bencana itu. Melihat pohon yang tersisa diantara puing-puing bangunan yang telah rata, menumbuhkan kepercayaan kepada manusia di muka aldenea ini setelah seabad mengabaikan ramalannya.
“Kazune-kun!”
Aku tersentak dan berbalik ke arah datangnya suara.
“Ah, Keiko.”
Tampak sosok gadis cantik yang berlarian kecil menuju ke arahku. Ia melambaikan tangannya pelan.
“Hmm, melihat bunga ini lagi?”
Dengan senyuman tipis yang manis, rautnya menunjukkan sebuah keceriaan seperti biasanya. Tangannya menunjuk ke arah mekarnya bunga diatas pohon.
Itsumademo, tentu saja aku akan selalu melihat bunga ini selagi aku mampu untuk melihatnya saat pulang sekolah.”
Sebuah pernyataan simple, yang aku tujukan kepadanya. Ia adalah sahabat sejak kecilku, Kusafuki Keiko.
“Nee, kenapa bunga ini begitu indah ya? Bahkan hanazakura pun tak mampu menyaingi keindahan bunga ini, bukankah begitu?”
Ia menoleh kearahku, menunjukkan wajah heran.
“Aku juga tidak tahu pastinya, tapi aku sangat bersyukur karena ada orang yang dapat menanam pohon ini.”
Aku berdiri serta membersihkan pakaianku dari serpihan kelopak bunga yang berguguran, yang bersinggah diatas seragam sekolahku ini.
Ya, ini adalah pohon yang biasa disebut sebagai Kanamidori, sejenis hanazakura yang berwarna hijau-biru terang. Wajahku menerawang ke atas, menikmati kesejukan yang tersortir rapi diantara warna-warnanya.

0 komentar :

Posting Komentar