Celiscate Stage 16 [Remake] - Prolog
#Remake#
Prolog
Aldenea, hari ke-14 bulan 3 tahun 2036
“Sudah benar nyata dugaanku, setelah
terhenyak berfikir tentang kehidupan abadi yang semu ini. Mereka yang memaksaku
tak pernah berfikir jernih. Sudah hilang akal sehat mereka, serta logika mereka
yang seharusnya mempunyai sandaran. ‘Bahwa manusia dapat mengatur nyawa mereka
sendiri.’ itu adalah sebuah kefasikan yang merasuki pikiran mereka. Mereka
sudah tidak ingin dievaluasi. ‘kau hanya akan menyalahkan orang lain’ kata
mereka menuduh kami. ‘kau hanya ingin menyelesaikan penelitian ini sendiri
bukan?’ bantah mereka lagi. ‘kau hanya seseorang yang ego yang ingin
mendapatkan hasilnya sendiri. Huh dasar orang tak berguna.’ lalu mereka
berpaling dariku. Sungguh kecaman mereka lebih kejam dengan keadaan sekarang
yang disebabkan oleh eksperimen mereka.
2 tahun sudah penelitian ini kami
jalani. Aku dan istriku-lah yang hanya menyadari akan ‘kerusakan’ yang akan disebabkan
oleh eksperimen ini. ‘merekalah yang menyalahi qodrat Sang Kuasa, maka anda tak
perlu lagi bersama mereka, cukuplah anda kembali bersama saya tanpa melirik
mereka kembali,” istriku berkata. Aku benar-benar paham betul perkataannya,
tetapi aku masih diam. ‘ayolah, anda sudah memperingati mereka!’
Aku masih terdiam, tak kuasa aku untuk
melontarkan satupun perkataan kepada belahan hatiku ini. Tubuhku serasa
tergoncang hebat disebabkan oleh dua pilihan yang ada di benakku. Perlahan air
mata ini berlinang memenuhi pelupuk ini. Tapi aku masih menahannya untuk tidak
mengalir.
‘Satomi!’ tak kuasa sudah, kekasihku
berteriak kepadaku yang berpaling darinya, di dalam ruangan ini. Namun, ketika
aku berbalik dan melihat sosok anak kecil yang tak lama memasuki ruangan ini.
Aku langsung bersungkur ke tanah, sambil seraya berkata kepada keduanya ‘…
gomennasai de’ dan menangis.”
***
Aldenea, hari
ke-2 bulan 8 tahun 2046
Seperti biasanya, aku duduk di
bangku yang berseberangan dengan Maruka Station’s gate. Dibawah pohon yang
bunganya selalu mekar, indahnya memantulkan cahaya matahari yang tidak
menyilaukan mata. Ia telah melindungi ribuan manusia dari tipisnya
oksigen yang ada di kota kami, Marukawa. 122 tahun tepatnya, sejak seseorang
menanamnya dengan sebuah ramalan kehancuran manusia tanpanya. Namun manusia tak
pernah percaya akan ramalan itu, dan selalu mengadakan pesta dibawah keindahan
pohon tersebut. Hingga suatu hari datanglah sebuah bencana yang menghancurkan
segalanya. Ratusan ribu manusia menghilang
dan mati oleh bencana itu. Melihat pohon yang tersisa diantara puing-puing
bangunan yang telah rata, menumbuhkan kepercayaan kepada manusia di muka
aldenea ini setelah seabad mengabaikan ramalannya.
“Kazune-kun!”
Aku tersentak dan berbalik ke arah datangnya
suara.
“Ah, Keiko.”
Tampak sosok gadis cantik yang
berlarian kecil menuju ke arahku. Ia melambaikan tangannya pelan.
“Hmm, melihat bunga ini lagi?”
Dengan senyuman tipis yang manis,
rautnya menunjukkan sebuah keceriaan seperti biasanya. Tangannya menunjuk ke
arah mekarnya bunga diatas pohon.
“Itsumademo, tentu saja aku
akan selalu melihat bunga ini selagi aku mampu untuk melihatnya saat pulang
sekolah.”
Sebuah pernyataan simple, yang aku
tujukan kepadanya. Ia adalah sahabat sejak kecilku, Kusafuki Keiko.
“Nee, kenapa bunga ini begitu indah
ya? Bahkan hanazakura pun tak mampu menyaingi keindahan bunga ini, bukankah
begitu?”
Ia menoleh kearahku, menunjukkan
wajah heran.
“Aku juga tidak tahu pastinya, tapi
aku sangat bersyukur karena ada orang yang dapat menanam pohon ini.”
Aku berdiri serta membersihkan
pakaianku dari serpihan kelopak bunga yang berguguran, yang bersinggah diatas
seragam sekolahku ini.
Ya, ini adalah pohon yang biasa
disebut sebagai Kanamidori, sejenis hanazakura yang berwarna hijau-biru
terang. Wajahku menerawang ke atas, menikmati kesejukan yang tersortir rapi
diantara warna-warnanya.
0 komentar :
Posting Komentar